Kota Wasith: Permata Intelektual dan Strategis Dunia Islam di Abad Pertengahan

Ilustrasi Kota Wasit


Kota yang Disebut dalam Hadis: Sebuah Kilas Balik Keislaman

Dalam sebuah hadis sahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, nama kota Wasith disebutkan secara eksplisit, menandakan keberadaan kota ini dalam aktivitas kehidupan umat Islam di masa Nabi Muhammad SAW.

''Telah menceritakan kepada kami Abdan. Telah mengabarkan kepada kami Abdullah. Telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Asy'ats dari bapaknya dari Masruq dari Aisyah radliallahu 'anha, ia berkata; ‘Nabi SAW menyukai sebelah kanan sejauh beliau bisa melakukannya, yakni dalam bersuci, memakai terompah, dan menyisir, dan setiap urusannya’. Syu'bah mengatakan, Asy'ats di kota Wasith mengucapkan kata-kata lain sebelum ini.” (HR Bukhari)

Fakta bahwa kota Wasith muncul dalam sanad hadis menunjukkan bukan hanya eksistensinya yang penting dalam peradaban Islam, tetapi juga keterlibatan masyarakatnya dalam penyebaran dan pelestarian sunnah Rasulullah. Para ahli hadis dari kota ini telah dikenal memiliki hafalan yang kuat, sanad yang muttasil, dan reputasi yang baik dalam dunia keilmuan Islam.

Letak Strategis dan Asal Usul Nama Kota Wasith

Menurut Dr. Syauqi Abu Khalil dalam Athlas Hadith Al-Nabawi, Wasith adalah kota yang berada di kawasan Sawad, Irak. Nama "Wasith" berasal dari kata Arab "tawassuth" yang berarti "tengah", karena letaknya yang berada di antara dua kota penting, yakni Basrah dan Kufah. Lokasi geografis ini menjadikan Wasith sebagai simpul strategis yang menghubungkan berbagai wilayah di Irak.

Pembangunan oleh Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi

Wasith dibangun pada tahun 83 H / 706 M oleh Al-Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi, gubernur Irak pada masa Kekhalifahan Umayyah. Ia dikenal sebagai tokoh administrasi yang keras namun efektif. Menurut Ensiklopedia Britannica dan berbagai sumber sejarah Islam, Al-Hajjaj membangun:

  • Sebuah istana yang megah sebagai simbol kekuasaan Umayyah di Irak.

  • Masjid agung yang menjadi pusat peribadatan dan juga pusat diskusi keilmuan.

  • Jaringan irigasi canggih yang membantu pertanian di wilayah sekitar.

  • Galangan kapal di tepi Sungai Tigris untuk memperkuat kekuatan maritim dan perdagangan.

Dalam catatan sejarahnya, Al-Hajjaj juga mencatatkan Wasith sebagai basis militer yang stabil, karena keberadaannya jauh dari pemberontakan yang terjadi di Basrah dan Kufah. Oleh karena itu, Wasith sering dijadikan tempat pengasingan tokoh-tokoh yang dianggap membangkang terhadap pemerintahan pusat.

Baca juga: Penciptaan Komputer Analog di Era Keemasan Islam

Wasith sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan dan Perdagangan

Pada abad pertengahan, Wasith dikenal sebagai kota perdagangan dan militer sekaligus pusat kebudayaan. Letaknya yang berada di tepi Sungai Tigris memberikan keunggulan logistik. Kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia Islam singgah di pelabuhan Wasith, membawa rempah-rempah, tekstil, logam, dan manuskrip keilmuan.

Kota ini juga menjadi pusat percetakan dan penerjemahan naskah-naskah kuno, baik dari Yunani maupun Persia ke dalam bahasa Arab. Banyak ilmuwan dan ulama besar yang bermukim atau menimba ilmu di Wasith.

Kota Ilmu: Lahirnya Ulama dan Sastra

Wasith tidak hanya besar secara ekonomi dan politik, tetapi juga dalam tradisi keilmuan. Beberapa tokoh penting yang berasal dari atau belajar di Wasith antara lain:

  • Imam Abu Ishaq Al-Wasithi, ahli fikih terkenal dari kalangan madzhab Syafi’i.

  • Al-Khatib Al-Baghdadi mencatat bahwa banyak perawi hadis yang terpercaya berasal dari kota ini.

  • Penyair dan sastrawan seperti Al-Farazdaq sering menyebut Wasith sebagai "kota pena dan kitab".

Ibnu Batutah dalam Rihlah menulis:

"Wasith adalah kota dengan manusia-manusia cerdas dan ilmu pengetahuan yang mengalir seperti air."

Jejak Ilmiah yang Masih Dapat Dilacak

Manuskrip dan dokumen-dokumen kuno yang ditemukan oleh para arkeolog di wilayah Wasith menunjukkan:

  • Penggunaan metode pertanian berbasis rotasi tanaman dan pengelolaan air.

  • Eksperimen awal dalam pengolahan logam dan pembuatan alat ukur astronomi.

  • Perpustakaan Wasith yang menyimpan ratusan manuskrip filsafat, kedokteran, dan matematika.

  • Ditemukan pula catatan tentang sistem penghitungan waktu berbasis bayangan matahari yang dipakai untuk menentukan jadwal salat secara presisi.

Simak: Mesir, Negeri Para Ilmuwan

Wasith di Era Abbasiyah: Antara Kemajuan dan Kemunduran

Ketika Kekhalifahan Abbasiyah menggantikan Umayyah, ibu kota berpindah ke Baghdad. Meskipun demikian, pada masa transisi, Wasith tetap menjadi kota penting. Namun lama-kelamaan, fokus kekuasaan dan keilmuan bergeser sepenuhnya ke Baghdad, yang menjelma sebagai kota paling berpengaruh di dunia Islam.

Sejarawan Al-Yaqubi mencatat bahwa perpindahan ini turut melemahkan peran politik dan ekonomi Wasith, namun tidak menghapus statusnya sebagai kota budaya. Banyak ilmuwan senior yang memilih menghabiskan masa tua di Wasith karena suasana yang tenang dan mendukung kontemplasi intelektual.

Fakta Unik: Wasith dan Teknologi Astronomi

  • Observatorium kecil pernah dibangun di pinggiran kota.

  • Ulama Wasith memperkenalkan modifikasi astrolab Yunani agar lebih cocok untuk menentukan arah kiblat.

  • Ditemukan catatan perbandingan pengukuran bayangan matahari antara Wasith, Baghdad, dan Nishapur.

Masa Kejayaan Hingga Masa Senja

Pada abad ke-15 M, Wasith mulai kehilangan pengaruh. Perkembangan kota-kota seperti Baghdad, Mosul, dan Basrah mengambil alih peran-peran utama. Seorang geografer Turki menggambarkan Wasith pada abad ke-17 sebagai kota sepi yang berada di tengah gurun.

Namun demikian, Dinasti Utsmaniyah sempat membangkitkan kembali kota ini menjadi pos militer strategis untuk menghadang serangan Safawiyah dari Iran. Pada periode ini pula, pembangunan ulang sebagian masjid dan fasilitas umum dilakukan sebagai bentuk revitalisasi sejarah kota.

Baca juga: Yaman, Negeri Asal Para Ilmuwan

Peran Wasith di Era Modern

Pada masa Perang Dunia I, pasukan Inggris menjadikan Wasith sebagai titik masuk penting dalam invasi mereka terhadap wilayah Irak. Kini, Wasith telah menjadi salah satu provinsi di Irak modern. Provinsi ini memiliki ibu kota di Al-Kut dan mencakup wilayah seluas 17.153 km².

Sektor Pertanian sebagai Tulang Punggung

  • Dikenal sebagai wilayah agraris yang subur.

  • Hasil utama: gandum, beras, jagung, jerai, kapas, bunga matahari, dan aneka buah-buahan.

  • Mengandalkan sistem irigasi dari Sungai Dijla.

  • Pemerintah daerah telah berupaya merevitalisasi kanal-kanal irigasi bersejarah yang dulunya dibangun oleh Al-Hajjaj bin Yusuf.

Demografi dan Infrastruktur

Menurut data resmi Irak tahun 2006, provinsi ini dihuni oleh sekitar 1,03 juta jiwa, atau sekitar 3,9 persen dari total penduduk negara tersebut. Infrastruktur modern terus dikembangkan, termasuk pembangunan universitas, museum sejarah Islam lokal, serta pusat kebudayaan untuk mengenang kejayaan Wasith masa lalu.

Referensi dan Bacaan Lanjutan

  • Encyclopaedia of Islam (Brill Online)

  • Atlas Hadith An-Nabawi karya Dr. Syauqi Abu Khalil

  • The History of Islamic Civilization oleh Jurji Zaidan

  • Ensiklopedia Britannica

  • Ibnu Batutah, Rihlah

  • Al-Yaqubi, Tarikh Al-Yaqubi


Wasith bukan hanya jejak sejarah yang dilupakan, tetapi saksi dari bagaimana ilmu, kekuasaan, dan spiritualitas pernah bersatu dalam satu ruang yang bernama peradaban Islam. Dengan segala sumbangsih yang pernah diberikannya, kota ini layak mendapat perhatian dan apresiasi dari generasi Muslim masa kini.

Mari terus menghidupkan semangat keilmuan dan sejarah Islam melalui bacaan, penulisan, dan diskusi. Kunjungi label Sains dalam Islam di Medan Dakwah untuk menemukan artikel-artikel berharga lainnya.

Dukung terus blog ini dengan membagikan, berkomentar, dan jika Anda memiliki pengetahuan atau tulisan, kirimkan kontribusi Anda untuk memperkaya khazanah keilmuan Islam di www.medandakwah.com.

LihatTutupKomentar