Petunjuk Arah Pertama Di Bumi

Petunjuk Arah Pertama Di Bumi


Oleh : Nina Herlina Ibrahim

Pernahkah kita berada pada suatu tempat baru dan kesulitan menentukan arah? Kita sedang menghadap ke arah mana? Ke arah mana kiblat sholat kita? 

Atau terkadang kita merasa menghadap ke barat padahal sedang menghadap ke utara? Atau menghadap ke selatan seolah-olah menghadap ke barat? Nah jadi bingung kan? Itulah mengapa kita butuh penunjuk arah.  Agar tak tersesat dan bingung arah.

Biasanya alat yang paling ampuh sebagai penunjuk arah kita adalah kompas. Berdasarkan data perkembanagan sejarah penemuan kompas, kompas magnetic pertama kali ditemukan oleh dinasti Han sekitar 206 SM. Sementara penggunaan pertama kali di Eropa Barat dan Persia terjadi sekitar awal tahun 1270. 

Pada abad ke 9 orang Tiongkok telah mengembangkan kompas berupa jarum yang mengambang dan jarum yang berputar. Pelaut Persia memperoleh kompas dari orang Tiongkok dan memperdagangkannya. Hanya saja tidak semua negara bisa menerima kompas buatan Tiongkok ini. 

Akhirnya pada 1877 William Thomshon dan Baron Kelvin seorang berkebangsaan Inggris membuat kompas yang lebih bagus dan dapat diterima oleh semua negara. Kompas buatan Inggris ini telah berhasil memperbaiki kesalahan-kesalahan yang timbul dari deviasi magnetic karena meningkatnya penggunaan besi dalam arsitektur kapal. 

Hari ini sudah semakin banyak jenis kompas yang bisa kita temui. Dan bisa memilih jenisnya sesuai dengan kebutuhan kita. 

Tetapi pernahkah kita terpikir, bagaimana manusia bisa menentukan arah sebelum ditemuknnya kompas? Bagaiamana pada jaman Rasulullah dulu manusia tak tersesat meski berada pada gurun pasir yang luas? Tak bingung arah saat melakukan perjalanan ke luar jazirah Arab? 

Inilah mukjizat Allah yang Maha Sempurna : Dan (Dia menciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl : 16)

Inilah penunujuk arah pertama yang digunakan kaum muslimin dan masyarakat pada umumnya sebelum ditemukannya kompas. Iya, menggunakan bintang sebagai penunjuk arah. 

Allah menciptakan satu bintang yang berbeda dengan bintang yang lainnya. Yang lebih menonjol daripada bintang-bintang yang lain. 

Bintang Polaris itulah dia. Allah menciptakan bintang Polaris selalu berada di arah utara selama ribuan tahun hingga hari ini. Sehingga di tengah gelapnya malam, di belantara hutan, di padang pasir ataupun di tengah lautan, posisi bintang Polaris ini tetap di arah utara. Dengan mengetahui arah utara, maka akan dengan mudah menentukan arah Selatan, Barat dan Timur. 

Meski bintang Polaris tak beda dengan bintang yang lain, yang selalu berputar dan bergerak pada orbitnya, namun dari bumi bintang itu tetap akan berada di arah utara. Ini adalah setelan dari Allah. 

Allah juga meletakkan bintang Polaris ini pada posisi dan jarak yang pas dari bumi.  Sehingga terlihat lebih terang di antara ratusan ribu bahkan jutaan bintang yang lainnya. Dengan begitu manusia menjadi lebih mudah mengenalinya. Lebih mudah menggunakannya sebagai petunjuk arah. Tanpa harus menggunakan alat canggih sekalipun. 

Inilah karunia Allah pada manusia. Petunjuk arah yang menjadikan manusia tak tersesat di jalannya. Begitupun dalam kehidupan manusia. Sebenarnya Allah telah memberikan petunjuk arah kehidupannya. 

Ya ada pada Al-Qur’an kitab suci kita. Jika kita mengikutinya, tidak akan tersesat dalam kehidupan kita. Tidak akan bingung dan kehilangan arah. Jelas tujuan hidup dan cara yang harus ditempuh. Karena semua sudah lengkap dalam buku petunjuk dan panduanNya. Al-Qur’an yang mulia. Tinggal kita memilihnya. Apakah mau mengikuti petunjuk arah itu, ataukah membiarkan diri tersesat dalam hidup kita. Berputar-putar tak tentu arah. Memperjuangkan sesuatu yang tak menjamin kebahagiaan hidup kita. Menjadi kaum tersesat bahkan lebih sesat dari binatang ternak karena tak menggunakan mata, hati dan telinga untuk memahami petunjuk dalam ayat-ayatNya : 

Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah. (QS. Al-A'raf : 179)



Posting Komentar