Masa Muda: Energi Perubahan yang Ditegaskan dalam Al-Qur'an dan Sejarah
Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa Allah secara tersurat menyebut bahwa Ashabul Kahfi adalah anak muda? Sebelum memulai kisahnya, Allah menegaskan dengan jelas dalam Al-Qur'an:
"Kami ceritakan kepadamu kisah mereka dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka adalah pemuda..." (QS. Al-Kahfi: 13)
Masa muda memiliki keistimewaan tersendiri. Rasulullah ﷺ menggambarkan salah satu dari tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah di hari kiamat adalah "anak muda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah." (HR. Bukhari dan Muslim). Bahkan, Bung Karno pernah berkata: "Beri aku 10 pemuda, akan kuguncangkan dunia!"
Mengapa Pemuda Selalu Menjadi Simbol Perubahan?
Seorang guru pernah menjelaskan bahwa ada perbedaan mendasar antara anak-anak, orang tua, dan pemuda. Anak-anak memiliki banyak waktu, tetapi lemah dalam tenaga dan finansial. Orang tua memiliki finansial yang lebih stabil, tetapi sering kali kekurangan waktu dan tenaga. Sedangkan pemuda? Mereka memiliki kombinasi unik: waktu yang cukup, tenaga yang besar, meskipun sumber daya finansialnya mungkin belum stabil.
Kombinasi inilah yang membuat anak muda menjadi motor perubahan. Mereka memiliki keberanian untuk mencoba, keberanian untuk gagal, dan daya juang untuk terus bangkit. Hal ini juga ditegaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya terhadap QS. Al-Kahfi, bahwa para pemuda lebih sigap menerima kebenaran dan lebih jernih dalam meniti jalan kehidupan.
Pemuda dalam Sejarah Peradaban
Dalam sejarah Islam, perubahan besar selalu digerakkan oleh pemuda. Beberapa contoh nyata adalah:
- Ali bin Abi Thalib – Salah satu sahabat Rasulullah yang masuk Islam di usia muda dan menjadi Khalifah keempat.
- Usamah bin Zaid – Diangkat menjadi panglima perang di usia 17 tahun oleh Rasulullah ﷺ.
- Muhammad Al-Fatih – Menaklukkan Konstantinopel pada usia 21 tahun.
- Ibnu Sina – Menulis buku Al-Qanun fi At-Tibb yang menjadi rujukan medis dunia pada usia 21 tahun.
Sejarah juga mencatat peran pemuda dalam berbagai revolusi dunia. Revolusi Prancis, Gerakan 98 di Indonesia, hingga berbagai gerakan sosial modern dipimpin oleh anak muda yang memiliki visi besar.
Muda Bukan Sekadar Umur, Tapi Cara Berpikir
Sebagai tadabbur, ada satu nasihat dari seorang ulama di Madinah: "Masa muda itu ditentukan oleh manusia sendiri." Banyak anak muda yang berpikir seperti orang tua, mudah menyerah, dan takut menghadapi tantangan. Sebaliknya, banyak orang tua yang tetap memiliki jiwa muda karena terus belajar, berinovasi, dan bergerak maju.
Jadi, yang menentukan apakah seseorang tetap muda atau tidak bukanlah angka dalam KTP, melainkan sudut pandang dan semangat dalam menjalani hidup. Siapapun yang terus belajar dan berkontribusi bagi perubahan akan tetap menjadi pemuda di mata peradaban.
Kesimpulan
Masa muda adalah fase emas yang penuh energi dan semangat. Jika digunakan dengan bijak, ia menjadi kekuatan yang mampu mengubah dunia. Oleh karena itu, mari jadikan masa muda sebagai waktu untuk belajar, berkontribusi, dan mengukir sejarah.
"Siapapun yang tidak pernah mewisuda dirinya untuk terus belajar, ia akan tetap menjadi penyambut dan aktor bagi perubahan."
Referensi Eksternal untuk Bacaan Lebih Lanjut: