Kata Kisah Mutiara dan Renungan Pesan Kehidupan

Hidup Roda Kehidupan Hidup itu memang seperti roda, kadang kita ada diatas, kadang-kadang dibawah, kadang-kadang malah dibawah banget.. hehehe... Semu

 
Kata Kisah Mutiara dan Renungan Pesan Kehidupan Dari Muslimah


Hidup Roda Kehidupan

Hidup itu memang seperti roda, kadang kita ada diatas, kadang-kadang dibawah, kadang-kadang malah dibawah banget.. hehehe... Semua tau teorinya, tapi nggak semua mampu menjalaninya. Semua tau bakal ada dibawah, tapi nggak semua orang siap pas dibawah. Semua tau kenyamanan pasti berakhir, tapi tetep aja bagi yang menjalani, itu semua hal yang nggak enak...

Kadang kita merasa punya segala-galanya, kadang kita merasa bisa semuanya, tapi itu memang cuma perasaan. Tiba-tiba saja, semuanya diambil dari kita, semuanya cepat sekali berubah, dan kita bisa jadi hanya terperangah dan terkejut melihat semuanya, semuanya terjadi begitu cepat...

Seringkali kita merasa punya kawan-kawan terbaik, tim yang terhebat, orang-orang yang bisa diandalkan dan dipercaya, kesempatan yang tak pernah habis, peluang yang terus berdatangan, tapi semua itu memang cuma perasaan. Sekejap, ternyata kita memang hanya sendiri, tanpa siapapun yang bisa diandalkan dan dipercaya. Kita terkaget-kaget betapa sedikit kawan sesungguhnya, kita tak pernah sadar betapa lemah diri kita kecuali pada saat itu...

Lalu apakah itu terjadi padamu saat ini? Maka ucapkanlah, laa haulaa wa laa quwwata illa billahil aliyyil adzhiim...

Mungkin ini saat yang tepat bagi Allah mengajarimu tentang kelemahanmu dan kekuatan-Nya, mungkin ini caranya Allah membuatmu merasakan khusyuknya merintih dalam doamu, mungkin ini perantara bagi rasa manis dalam sujud karena engkau betul-betul memerlukan Allah.

Bisa jadi ini peluruh sombongmu, pembersih maksiatmu, pendiam lidahmu yang angkuh, obat tulinya telingamu dari ayat-ayat Allah, pembakar dengkimu, penghabis riya dirimu. Bisa jadi ini semua karunia dari Allah.

Hidup memang seperti roda, selama porosnya adalah tauhid, dan selama berputarnya untuk dakwah. Sebenarnya tidak ada yang betul-betul berubah. Allah yang engkau cintai masihlah sama, Rasulullah yang mencintaimu juga masihlah sama.

Perjalanan Negeri Antah Brantah!


Hidup dijaman ini memang tidak mudah. Harga-harga barang kian mahal, penghasilan tak kunjung naik, seabrek pekerjaan harus kita lakukan, sementara waktu yang kita miliki dari hari ke hari tidak pernah bertambah, tetap 24 jam ditambah was-was ketika bekerja rentan tertular virus.

Itulah curhatan orang jaman sekarang, maju salah mundur salah. Semua terasa menyesakkan dada dan membuat hati kita geram.

Bagaimana tidak kita hidup di negeri kaya raya, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem raharjo. Bahkan kata orang Jawa ketiban klopopun ora popo. Mungkin jika dibaratkan di negeri ini ketika melempar batupun akan tumbuh pohon. Menggali tanah keluar emasnya. Intinya di negeri ini penuh kekayaan alamnya yang tiada habisnya.

Akan tetapi kekayaan ini hanya orang-orang besar saja yang menikmati. Bagaimana tidak, setiap pejabat diberi fasilitas mobil mewah untuk bepergian. Tapi rakyat baru punya sepeda motor aja harus bayar pajak yang tiap tahun naik.

Ketika mereka tak punya uang, jual aset -aset negara dan ketika kekayaan negara habis terjual rakyat disuruh bayar pajak tinggi untuk bayar hutang.

Dan ketika rakyat tidak maju karena kemiskinan, pemerintah salahkan rakyat tidak rajin bekerja. Tidak pernah melihat bahwa penyebabnya adalah tidak adanya perhatian dari negara.

Ketika pemerintah dikritik akan kebijakannya, mereja keluarkan UU untuk penjarakan atas dasar penghinaan.

Tapi ketika tahun politik datang, mereka seperti dewa penyelamat semua hal bisa dilakukan. 

Menolong, menyelamatkan, memberi modal,  dan turut hidup seperti rakyatnya. Ini seperti sikap pedagang menawarkan dagangannya kepada pembeli, apapun ia lakukan untuk menarik calon pembelinya.

Akankah terus begini nasib negeri ini yang seperti guyonan. Korban berjatuhan akibat ulah mereka yang memegang kekuasaan.

Korupsi, kriminalitas, pemudanya rusak, dan pendidikan semakin mundur. Apa benar Rosul punya negara kayak gini?

Dulu ketika Islam masih berjaya hidup rakyat terjamin karena seluruh kekayaan negara dikelola sendiri di dalam negeri untuk rakyatnya. Dan yang pasti yang menikmati bukan orang Islam saja, tapi semuanya. Artinya seluruh rakyatnya sangat berkecukupan, aman, tentram, dan damai.

Sungguh kita merindukan jaman yang seperti itu. Dimana pemimpinnya adalah pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab yang mengabdikan dirinya untuk Allah sebagai khalifah dibumi-Nya.

Trus Trusno

Ungkapan orang Jawa yang kalau ditujukan kepada Anda, meski disertai senyum yang amat manis, sungguh ia peringatan kelas berat. Bunyinya, " *Ya wis nek ngono, terus-terusno kono!"* , "( _Ya sudah kalau begitu, teruskan saja sana!")_

Tugas ummat ini hanya berjuang. Allah tidak mewajibkannya untuk *menang* .

 Berjuang itu jauh lebih besar dari sekedar menang. Seperti sa'i lebih besar dari zam-zam, seperti Uhud lebih bermakna dari segunung perbendaharaan Kisra.

Maka kalau ummat sudah berjuang dengan kesungguhan, sesuai arahan Allah dan RasulNya, sementara musuhnya bersikeras untuk menang; dengan segala tipu-tipu, dengan bertumpuk kecurangan, dengan besi dan api, dengan mengerahkan semut dalam liang hingga jin peri-perayangan; ummat ini hanya akan berkata, " _Ya wis. Terus-terusna!"_


Agama dan Kehidupan


Agama dan kehidupan itu satu. Maka kehidupan  tak bisa dipisahkan dari agama. memisahkan kehidupan dengan agama sama aja memisahkan kehidupan dari jual beli.

Didalam al-qur'an yang suratnya terpanjang saja surat al-baqarah sebanyak 282 ayat yang sebagian besar mengatur jual beli. Tentu kita tahu bahwa  jual beli itu kehidupan, dan agama datang mengaturnya jadi tidak bisa dipisahkan.

 
Jika agama dipisahkan dari kehidupan, tentunya tidak bisa menjalankan kehidupan dengan benar. Karena ketika kita menjalani kehidupan pasti butuh aturan untuk mengatur hidup supaya benar. Dan tentunya aturan itu datangnya dari agama.

So...agama datang mengatur kita dalam apapun, bagaimana kita berpolitik, jual beli,pendidikan, sosial,hukum dan lain-lain...semua sudah lengkap.

Anti Sembrono

Disaat media nyinyir bicara fakta yang tersangkut macam-macam ramuan. Bicara sejarah yang didomplengi kepentingan, dan informasi lalu lalang tak karuan dan berisik. Pikiran yang muncul adalah bagamana caranya mgasingkn diri dari kebisingan ini? Kebisingan informasi yang sulit tervalidasi dan tidak akuntabel?

Berisiknya media saat ini secara sendirinya membuat semacam tumpukan-tumpukan yang berisi apa saja, dioplos dalam satu ruangan, dibiarkn bebas dan hanya diberi sedikit lubang ventilasi untuk nongol mengklarifikasi.

Pastinya bagi manusia normal dan berfikir akn menjadi begitu pentingnya menemukan sebuah cara dalam mendapatkn informasi yang shohih dan tidak berisik.
Ini dimaksudkn agar kita tak main-main dalam menjalani hidup agar kita tak gegabah dan kurang hati-hati. Agar kita tidak sembrono!

Musibah dan Derita


Gelombang banjir, gempa bumi selalu menghantam tanah air. Air bah yang datang kecepatan setara pesawat jet meluluhlantakkan apa saja yang dilewatinya: tempat tinggal, perkantoran, rumah ibadah, jalan, dsb tidak kurang dari ratusan ribu nyawa direnggutnya tanpa pandang bulu; bayi-bayi, anak-anak, orang dewasa hingga orang tua. Air mata pun berderai diantara gelimpangan mayat. Meratapi musibah yang menceraiberaikan mereka dari tempat tinggal, harta dan orang-orang yang terkasih. Seolah-olah hari itu adalah penderitaan terparah didunia.

Musibah yang menimpa manusia bisa beragam : terjadi secara alami dan bisa juga karena fasad. Apapun itu intinya menimbulkan kesulitan, kesedihan pada manusia. Bencana secara alami memang menyebabkan kesulitan dan kesedihan akan tetapi bencana secara fasad lebih besar akibatnya. Apabila bencana /musibah alami akan dirasakan individual dan kelompok akan tetapi bencana secara fasad dirasakan beribu-ribu orang didunia.

Corona yang entah kapan berakhir, kemiskinan, penyakit aids, campak, gizi buruk, LGBT, korupsi, narkoba, dan lain-lain itu merupakan bencana yang sangat besar yang menyebabkan derita berkepanjangan.

Menangis dan duka saat tertimpa musibah adalah fitrah manusia. Apabila kita menagis duka dan bersabar atas musibah yang kita alami memang suatu keharusan. Karena musibah ia datang tak dijemput pulangpun tak diantar. Tak ada mausia yang bisa mengetahui apalagi mengharap kedatangannya.

Tapi apa iya ketika musibah yang dating itu adalah berupa kemiskinan akibat pengerukkan sumber daya negeri oleh asing trus kita bersabar dan pasrah padaNya saja. Jika musibah seperti ini bisa disikapi dengan sabar dan pasrah saja pasti sudah berhenti dari dulu musibah ini. Akan tetapi buktinya semakin merajalela dan kian membuat derita negeri ini kian terpuruk.

Musibah seperti ini tak bisa disikapi dengan sabar dan pasrah pada Allah karena musibah seperti ini adalah fasad/akibat kesalahan manusia bukan musibah secara alami. Dan apabila musibah itu datang dari kesalah manusia langkah yang tepat adalah ditaubati bukan kepasrahan kepdaNya.

Maka muhasabah secara setruktural harus dilakukan agar bencana ini tak terus menerus menelan korban dan merugikan negeri berujung pada penderitaan.

Posting Komentar