Pendahuluan
Dalam sejarah Islam, terdapat peristiwa-peristiwa monumental yang tidak hanya mengubah arah dakwah Rasulullah SAW, tetapi juga membentuk fondasi berdirinya peradaban Islam. Salah satu peristiwa paling penting adalah Bai'at Aqabah, yang menjadi titik balik dakwah Rasulullah dari fase Mekah yang penuh tekanan menuju fase Madinah yang penuh kekuasaan dan kedaulatan. Sayangnya, tempat terjadinya bai’at ini kerap terabaikan, meski menyimpan nilai sejarah yang amat besar.
Letak Geografis dan Fisik Masjid Bai'at Aqabah
Masjid Bai'at Aqabah terletak di Mina, Mekkah, tepatnya sekitar 50 meter dari tempat melempar Jumrah Aqabah. Tempat ini dulunya menjadi saksi penting dua kali bai’at penduduk Yatsrib kepada Nabi Muhammad SAW. Dalam proses sejarahnya, tempat ini diabadikan oleh Khilafah Abbasiyah dengan membangun sebuah masjid kecil berukuran 7 x 10 meter, yang kini dikenal dengan nama Masjid Bai’ah.
Meskipun ukurannya kecil dan tidak memiliki fasilitas umum seperti toilet atau tempat wudhu, masjid ini tetap dijaga bentuknya. Pagar besi mengelilinginya dan jarang dibuka, menjadikannya lebih sebagai situs ziarah ketimbang tempat ibadah aktif. Warnanya krem, tanpa atap, dengan sajadah dan mimbar kecil di bagian depan yang menunjukkan sisa fungsi aslinya sebagai masjid.
Sumber:
-
Saudi Geological Survey: https://sgs.org.sa
-
General Authority for Care of the Grand Mosque and the Prophet's Mosque: https://www.gph.gov.sa
Dua Bai’at Aqabah: Revolusi Islam Dimulai
1. Bai’at Aqabah Pertama (621 M)
Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-12 kenabian Nabi Muhammad SAW, ketika beliau bertemu dengan 12 orang dari Yatsrib (Madinah) yang memeluk Islam. Pertemuan dilakukan secara rahasia di lembah Aqabah. Isi bai’at pertama ini lebih bersifat spiritual dan moral:
-
Tidak menyekutukan Allah
-
Menjauhi perbuatan dosa besar
-
Tidak membunuh anak-anak
-
Tidak berdusta dan mencuri
Peristiwa ini menandai awal dari hubungan antara Rasulullah SAW dan komunitas Madinah.
2. Bai’at Aqabah Kedua (622 M)
Setahun kemudian, dalam musim haji berikutnya, 73 laki-laki dan 2 perempuan dari Yatsrib datang untuk bertemu Rasulullah SAW. Dua wanita tersebut adalah Nusaibah binti Ka’ab dan Asma' binti Amr bin ‘Adiy. Bai’at kedua ini memiliki makna politik dan militer. Mereka bersumpah akan:
-
Mendengar dan taat kepada Rasulullah dalam keadaan suka dan tidak suka
-
Melindungi beliau sebagaimana mereka melindungi keluarga sendiri
-
Siap berperang dan mengorbankan harta serta nyawa
Bai’at ini menjadi fondasi terbentuknya Negara Islam di Madinah.
Sumber:
-
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Kitab al-Maghazi
-
Ibn Ishaq, Sirah Nabawiyah
-
Montgomery Watt, Muhammad at Mecca dan Muhammad at Medina
Signifikansi Bai’at Aqabah dalam Revolusi Islam
Bai’at ini menjadi pijakan politik pertama yang diberikan kepada Rasulullah SAW dari masyarakat luar Mekah. Ini berarti bahwa dakwah Islam telah berkembang dari murni spiritual menjadi juga bersifat sosial-politik. Penduduk Yatsrib (kelak Madinah) secara resmi menerima Muhammad SAW sebagai pemimpin, yang memicu:
-
Hijrah Nabi ke Madinah
-
Pembentukan Piagam Madinah
-
Dimulainya negara Islam pertama
Para sejarawan Muslim dan orientalis sepakat bahwa Bai’at Aqabah adalah titik balik strategis. Karen Armstrong, penulis dan sejarawan Barat, menyebutkan bahwa bai’at ini menjadi dasar rekonsiliasi antar suku dan lahirnya kepemimpinan profetik (Armstrong, Muhammad: A Prophet for Our Time, 2006).
Masjid Bai’at: Monumen Sejarah yang Terlupakan
Walaupun tempat ini sangat penting, Masjid Bai’at Aqabah kurang dikenal dan tidak dimuliakan sebagaimana mestinya, baik oleh jemaah haji maupun umat Islam secara umum. Dalam pembangunan Jamarat beberapa tahun lalu, masjid ini sempat terkubur, dan ditemukan kembali karena buldoser menabrak bagian keras dari bangunan tua. Penelitian arkeologis menunjukkan struktur itu adalah peninggalan Abbasiyah.
Namun, masjid ini tidak difungsikan secara aktif:
-
Tidak ada imam tetap
-
Tidak ada salat berjamaah
-
Pintu terkunci, hanya dibuka sebagian
-
Dibiarkan dalam kondisi berdebu dan terbuka cuaca
Padahal, inilah tempat terjadinya momentum yang mengantarkan Rasulullah SAW ke tampuk kekuasaan Islam.
Sumber:
Peneguhan Aqabah dalam Al-Qur’an dan Hadis
Meski tidak disebut langsung dengan nama “Bai’at Aqabah”, nilai-nilai bai’at disebutkan dalam beberapa ayat dan hadis. Salah satunya adalah:
“Sesungguhnya orang-orang yang berjanji setia kepadamu sesungguhnya mereka berjanji setia kepada Allah.”
(QS. Al-Fath: 10)
Ini memperlihatkan betapa tingginya nilai bai’at dalam pandangan Islam — sebuah bentuk loyalitas total terhadap pemimpin umat yang sah.
Peran Tokoh-Tokoh dalam Bai’at Aqabah
1. Al-‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib
Meskipun belum masuk Islam, beliau mendampingi Rasulullah SAW sebagai pelindung keluarga.
2. Mush’ab bin ‘Umair
Utusan Rasulullah yang dikirim ke Yatsrib sebelum peristiwa Bai’at kedua. Perannya sangat besar dalam menyebarkan Islam di kalangan Aus dan Khazraj.
3. Nusaibah binti Ka’ab
Sahabat wanita yang dikenal sebagai pejuang dalam Perang Uhud, ia adalah salah satu dari dua wanita yang ikut berbaiat dalam peristiwa ini.
Relevansi Bai’at Aqabah di Era Modern
1. Nilai Kepemimpinan
Rasulullah menunjukkan bahwa seorang pemimpin perlu mendapat bai’at atau legitimasi dari umat, bukan melalui warisan, paksaan, atau kekuatan ekonomi semata.
2. Konsep Kontrak Sosial Islami
Peristiwa ini juga menunjukkan bentuk awal kontrak sosial dalam Islam, yang berbasis iman dan kesetiaan, bukan sekadar teritorial atau etnis.
Baca Juga : Mengikuti Cara Bernegara Nabi, Salahkah?
3. Inspirasi bagi Perjuangan Politik Umat
Banyak gerakan Islam kontemporer yang menjadikan peristiwa Bai’at Aqabah sebagai landasan ideologis dan historis perjuangan mereka untuk menegakkan syariah.
Kesimpulan
Bai’at Aqabah bukan sekadar peristiwa historis, tetapi merupakan fondasi bagi bangkitnya peradaban Islam. Tempat yang menjadi saksinya — Masjid Bai’at di Mina — seharusnya menjadi bagian dari kesadaran kolektif umat Islam, terutama saat berada di Tanah Suci. Keberadaan tempat ini bukan hanya untuk dikenang, tetapi juga menjadi bahan refleksi dan inspirasi perjuangan Islam di masa kini.
Sudah saatnya umat Islam menggali kembali khazanah sejarahnya, termasuk tempat-tempat penting seperti Bai’at Aqabah, agar tidak kehilangan identitas perjuangan dan akar sejarahnya. Menghidupkan kembali semangat dan nilai Bai’at Aqabah adalah menghidupkan kembali semangat pengorbanan, loyalitas, dan perjuangan Rasulullah SAW dan para sahabat.
Referensi Ilmiah
-
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Kitab al-Maghazi.
-
Ibn Ishaq, Sirah Nabawiyah.
-
Armstrong, Karen. Muhammad: A Prophet for Our Time. HarperCollins, 2006.
-
Montgomery Watt, Muhammad at Mecca & Muhammad at Medina, Oxford University Press.
-
Dr. Ali Sallabi, Sirah Nabawiyah.
-
Saudi Geological Survey – https://sgs.org.sa
-
Harvard Library – Islamic Heritage Project – https://library.harvard.edu
-
Arab News – https://arabnews.com
-
GPH.gov.sa – General Authority of Grand Mosque and Prophet’s Mosque Affairs.