Biografi Ulama : Said Bin Al Musayyib Pembesar Para Tabiin


Biografi Ulama : Said Bin Al Musayyib Pembesar Para Tabiin

Oleh : Syeikh Ahmad Farid ( Penulis Buku 60 Biografi Ulama)

Said Bin Al Musayyib Dialah pembesar para tabi'in Said bin Al-Musayyib' Dia sezaman dengan para sahabat senior Rasulullah yang di antaranya; Umar bin Al-Khathab,Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairah, sayyidah Aisyah dan Ummu Salamah.

Dia sangat kuat dalam menghafal, selain juga cerdas, wira'  dan berani untuk memperjuangkan kebenaran yang diyakininya. Said Bin Al Musayyib adalah seorang yang bersabar atas segala cobaan dan musibah yang dialaminya dalam rangka membela agama Allah.

Ketika Ibnu Umar melihatnya, maka ia berkata, "Kalaulah Rasulullah melihatnya, maka niscaya beliau akan merasa senang." 

Dalam buku biografinya, Abu Nu'aim mengatakan tentang diri Said, "Adapun Abu Muhammad Said bin Al-Musayyib bin Hazan Al-Makhzumi adalah termasuk orang yang diuji kesabaranya oleh Allah SWT. 

Walau seberat apapun ujian yang diberikan kepadanya, dia tetap tidak mau mencela ataupun mengumpat-Nya. Dia termasuk orang yang rajin beribadah dan shalat berjamaah; mampu menjaga diri dan martabatnya, kewara'armya dan bersikap menerima apa adanya (qana'ah).

Sikap dan perilakunya memang sesuai dengan namanya (Said berarti bahagia). Dia merasa bahagia dengan tetap tunduk dan taat kepada Allah SWT, dan menjauhi kedurhakaan serta kebodohan."

Untuk menjelaskan luasnya wawasan dan ilmu pengetahuannya cukuplah dengan sebuah kisah tentang Ibnu Umar yang Pemah bertanya kepada Said tentang satu keputusan yang telah dikeluarkan ayahnya Umar bin Al-Khathab. Ra. Karena Said adalah orang yang paling tahu tentang keputusan-keputusan yang telah diambil Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al-Khathab dan Utsman bin Affan.

Dia juga seorang perawi yang paling banyak meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah .Sehingga Abu Hurairah pun menikahkan Said dengan puterinya.

Dia tidak pernah ketinggalan shalat berjamaah selama 40 atau 50 tahun, juga tidak pernah melihat punggung orang-orang yang sedang shalat karena dia selalu di barisan terdepan. 

Dari Amr bin Dinar, dia berkata, "Ketika Zaid bin Tsabit meninggal dunia, Ibnu Abbas berkata, "Beginilah hilangnya ilmu pengetahuan." Mendengar itu, Said berkata, "Begitu juga dengan meninggalnya Ibnu Abbas."Mendengar itu, Ibnu Abbas mengatakary "Begitu juga dengan meninggalnya Said bin Al-Musayyib."

Dalam kitab Ats-Tsiqat-nya, Ibnu Hibban mengatakan, "Dia termasuk pembesar tabi'in karena Kefakihan, kewara'an, ibadah dan kemuliaannya' 

Dia nierupakan ulama fikih paling terkenal di negeri Hijaz dan yang paling bisa diterima pendapatnya oleh khalayak umum. Selama 40 tahun, dia selalu menunggu datangnya panggilan adzan di masjid untuk melakukan shalat berjamaah."

Disamping terkenal tegas dan tidak mudah tunduk pada kemauan Para penguasa, dia adalah seorang yang lembut dan mengedepankan rasa persaudaraan dalam pergaulan dengan sesama, apalagi dengan orang-orang yang saleh dan bertakwa.

Dia tidak mau keluar dari masjid jika hanya untuk memenuhi panggilan Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang ingin berbincang dengannya, juga kepada puteranya, Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik. Bahkan, Said menolak lamaran Khalifah Abdul Malik bin Marwan untuk puteranya Al walid, sehingga said pun menerima hukuman dan siksaan. 

Dia menikahkan putrinya dengan salah satu muridnya yang bernama Ibnu Wada'ah dengan maskawin uang dua atau tiga dirham. 

Selain itu dia juga menolak untuk membaiat (menyatakan ketaatan dan kesetiaannya) kepada kedua putera Abdul Malik yaitu Al-Walid dan Sulaiman bin Abdul Malik menjadi putera mahkota untuk menggantikannya kelak.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat yang luas kepadanya dan memberikan tempat di surga-Nya yang paling tinggi. Semoga shalawat dan salam selalu melimpah kepada Rasulullah SAW Anggota keluarga dan para sahabat semuanya.

Nama, Panggilan, Kelahiran dan Sifatnya

Namanya: Said bin Al-Musayyib bin Hazn bin Abi Wahb Ibnu Amr bin A'id bin Imran bin Makhzum Al-Qurasy Al-Makhzumi Al-Madani. Dia adalah pembesar para tabi'in.

Kunyah atau Panggilannya: Abu Muhammad.

Ibnu sa'ad pemah meriwayatkan dengan sanadnya dari Ali bin Zaid dari Said bin Al-Musayyib bin Hazry dia berkata, "Sesungguhnya kakeknya yang bemama Hazn datang menghadap Rasulullah dan beliau pun menanyai sang kakek, "siapa namamu?" Hazn menjawab, "Aku Hazn." Beliau berkata, "Tidak! 

Kamu adalah Sahl" Dia berkata, "Wahai Rasulullah, memang itulah nama yang diberikan oleh kedua orangtuaku kepadaku, sehingga aku pun dikenal di kalangan masyarakat dengan sebutan nama itu." Said selanjutnya berkata, "Rasulullah ffi pr.,lalu terdiam."

Said berkata,"Hinggasaat ini kami masih dikenal oleh Atrlul-bait dengan nama atau sebutan Al-Hazunah (keturunan Hazn)." Aku katakan, "Biografinya merupakan bukti kongkret atas kebenaran cerita di atas, Wallnhu A'lam."

Kelahirannya Adz-Dzahabi berkata, "Dia dilahirkan pada saat pemerintahan Khalifah umar bin Al-Khathab berjalan dua atau empat tahun. Ada juga yang mengatakan bahwa dia dilahirkan dua tahun sebelum pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khathab berlangsung. 

Ibnu Sa'ad berkata, "Muhammad bin Umar mengatakan bahwa

Muhammad bin Umar pernah berkata, "Demi Allah, apa yang aku tahu dan

disaksikan juga oleh banyak orang adalah dia -said bin Al-Musayyibdilahirkan setelah pemerintahan Umar bin Al-Khathab berialan selama dua

tahun."

Ada yang mengatakan bahwa dia telah mendengar hadits darinya. Akan tetapi aku (penulis) tidak melihat para ulama (para perawi) mendukung pernyataan ini walaupun mereka banyak meriwayatkan hadits darinya."

Sifat-sifatnya: Dari Imran bin Abdut Malik, dia berkata, "Said bin AlMusayyib berkata, "Aku tidak pernah merasa takut kepada sesuatu pun seperti ketakutanku pada wanita." Perawi selanjutnya berkata, "Orang-orang yang mendengarnya selanjutnya mengatakan, "sesungguhnya orang seperti nda tidak pernah menginginkan wanita (untuk dinikahi) dan tidak ada wanita yang mau mengawini Anda." Dia berkata, "Memang itulah yang aku katakan kepada kalian."

selanjutnya perawi berkata, "Dia adalah seorang yang tua renta dan kabur penglihatannya."

Dari Abu Al-Ghushn, dia berkata bahwa dia melihat said bin AlMusayyib dengan rambut beruban dan jenggo ln y a y arrg memu tih' "

Dari Muhammad bin Hilal, dia berkata bahwa dia pernah melihat said bin Al-Musayyib dengan penglihatannya yang rabun, dia memakai kopiah halus dan surban berwama putih, dan terdapat pula bendera warna merah yang membentang sejengkal di belakangnya."

Sanjungan Para Ulama Terhadapnya

Dari Makhul, dia berkata, "Aku telah menjelajahi seluruh pelosok negeri di bumi ini dalam mencari ilmu, dan aku belum pernah menjumpai seorang pun yang lebih luas wawasannya dari Said bin Al-Musayyib. 

Ali bin Al-Madini berkata, "Aku belum menemukan para tabi'in yang lebih luas wawasannya dari Said bin Al-Musayyib. Menurutku, dia adalah Tabi'in yang paling terhormat dan mulia."

Ahmad bin Abdullah Al-'Ajali berkata, "Said bin Al-Musayyib adalah seorang yang saleh, ahli fikih dan tidak mau mengambil begitu saja suatu pemberian (hadiah). Dia pemah mempunyai barang pemiagaan senilai 400 dinar, dengan jumlah itu ia berdagang minyak. Dia adalah seorang yang buta
sebelah matanya."

Abu Zur'ah berkata, "Dia termasuk orang yang mudah bergaul, berasal dari suku Quraisy dan dapat dipercaya. selain itu, said juga seorang imam."

Abu Hatim berkata, "Tidak ada orang yang lebih mulia di kalangan tabi,in dari said bin Al-Musayyib. Dia adalah orang yang paling shahih meriwayatkan hadits-hadits yang berasal dari Abu Hurairah " 

Dari Maimun bin Mihran, dia berkata, "Aku pernah datang ke kota Madinah, lalu aku bertanya mengenai orang yang paling luas wawasan fikihnya di antara mereka, kemudian aku pergi menemui said bin AlMusayyib dan bertanya kepadanya." 

Dari Makhul, dia berkata, "Ketika Said bin Al-Musayyib meninggal dunia, banyak orang yang melayatnya, tidak seorang pun dari masyarakat yang enggan datang ke pengajiannya. Aku melihat dia sebagai seorang pejuang. Makhul juga mengatakan, "selama Said berada di antara mereka, maka mereka akan selalu dalam kebaikan." 

Al-Qasim bin Muhammad pemah bertanya tentang suatu permasalahan, lalu dikatakan kepadanya, "sesungguhnya Said bin Al-Musayyib pernah mengatakan tentang masalah ini dengan jawaban begini, dia mengatakan maksud dari masalah tersebut'" Kemudian Al-Qasim berkata, "Dia adalah orang yang terbaik di antara kami dan merupakan tuan kami." 

Muhammad bin Umar berkata, "Dia adalah pembesar kami dan guru kami. 

lbadahnya

Dari Harmalah bin said bin Al-Musayyib, dia berkata bahwa said pemah mengatakan, "Aku tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah selama 40 tahun."

Dari utsman bin Hukaim, dia berkata, 'Aku pernah mendengar said bin Al-Musayyib berkata, "selama 30 tahun, setiap kali para Muadzin mengumandangkan adzarr,pasti aku sudah berada di dalam masjid."

Dari Abdul Muin bin Idris dari ayahnya, dia berkata, "selama 50 tahun said bin Al-Musayyib melakukan shalat shubuh dengan wudhu shalat Isya'."

Said bin Al-Musayyib berkata, "Aku tidak pemah ketinggalan takbir pertama dalam shalat selama 50 tahun (shalat di awal waktu). Aku juga tidak pernah melihat punggung para jamaah, karena aku selalu berada di barisan terdepan selama 50 tahun itu."

Dari Ibnu Harmalah dari said bin Al-Musayyib, dia berkata, "Dia pemah mengeluhkan penglihatannya kepada orang-orang. Kemudian mereka berkata kepadanya, wahai Abu Muhammad, kalaulah Anda mau berjalan-jalan keluar, memandang tebing-tebing yang menghiiau, niscaya Anda akan merasakan lebih segar." Dia berkata, "Bagaimana aku dapat melakukan hal  itu, kalau penglihatanku kabur bagaikan tertutup kabut pagi'"

Dari Yazid bin Hazim, dia berkata, "said bin Al-Musayyib melakukan puasa terus menerus. |ika matahari telah terbenam, dia datang ke masjid dengan membawa minuman dari rumahnya dan meminumnya'"

Dari Imran bin Abdullah, dia berkata, "said bin Al-Musayyib berkata, "Tidak ada satu rumah pun yang menjadi tempatku berteduh di kota ini selain rumahku, itu pun kadang-kadang untuk sekadar menengok puteriku dan memberinya salam (dia selalu di masjid)."

Dari Ibnu Harmalah, dia berkata, "Aku berkata kepada Barad budak Ibnu Al-Musayyib, "Bagaimana shalat Ibnu Al-Musayyib di rumahnya?" Barad menjawab, Aku tidak tahu, hanya saja dia banyak melakukan shalat dan membaca surah Shad. 

Dari Ashim bin Al-Abbas Al-Asadi, dia berkata, "Said bh Al-Musayyib sering berdzikir dan merasa takut kepada Allah. Aku juga mendengar dia banyak membaca ayat-ayat Al-Qur'an di atas kendaraannya, dia sering membaca dengan suara nyaring "Bismillahirrahmanirrahim", dia senang
mendengarkan syair akan tetapi tidak mau melantunkannya. 

Aku pemah  melihatnya berjalan dengan tanpa alas kaki, mencukur kumisnya, berjabat tangan dengan setiap orang yang dijumpainya dan tidak senang banyak tertawa."

llmu Pengetahuannya

 
Dari Yahya bin Hibban, dia berkata, "Tokoh terkemuka di Madinah pada masanya dan yang sangat dihormati dalam bidang fatwa adalah Said bin AlMusayyib. Ada yang menyebutkanbahwa dia adalah imam para ulama fikih'"

Qatadah berkata, "Aku belum pemah melihat seseorang yang lebih tahu tentang hukum halal dan haram dari Said bin Al-Musayylb."

Dari Hisyam bin Sa'ad, dia berkata^"Aku pemah mendengar Az-Zuhri berkata ketika ada seseorang bertanya kepadanya, "Dari mana Said bin AlMusayyib menimba ilmu?" 

Az-Zvhrimenjawab, "Dari Zaidbin Tsabit, dia iuga pemah berguru pada Sa'ad bin Abi Waqqash, Ibnu Abbas dan Ibnu Umar. Disamping itu, dia juga berguru pada isteri-isteri Rasulullah, seperti Sayyidah Aisyah dan Ummu Salamah Radhiyallahu Anhuma. Selain itu, dia juga pernah berguru pada Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Shuhaib, Muhammad bin Maslamah Ridwanullahi Alaihim. Dan, banyak meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah yang  merupakan mertuanya.

Said juga mendengar hadits dari para sahabat Umar bin Al-Khathab dan juga para sahabat Utsman bin Affan a[5. Dia pernah disebut sebagai orang yang paling tahu tentang apa yant pernah diputuskan Umar bin Al-Khathab dan Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhuma dalam pengadilan."
 
Abbas Ad-Duri berkata, "Aku pernah mendengar Yahya bin Ma'qil berkata, "Hadits-hadits Mursal dari Said bin Al-Musayyib lebih aku senangi  daripada hadits-hadits mursal dari Al-Hasan. Dan, hadits-hadits mursal Ibrahim banyak yang shahih kecuali sebuah hadits tentang perniagaan dan tertawa dalam shalat."

Abu Thalib berkata, "Aku pemah bertanya kepada Imam Ahmad bin Hambal, "siapakah Said bin Al-Musayib?" Dia menjawab, "Siapa yang menandingi said bin Al-Musayyib? dia adalah orang yang dapat dipercaya  dan termasuk orang yang saleh'"

Aku bertanya lagi, "Apakah riwayat Said dari Umar bin Al-Khathab dapat dijadikan hujjah?" Dia menjawab, "Dia adalah hujjah bagi kita, dia pernah melihat umar bin Al-Khathab .& dan banyak mendengar hadits darinya. Kalaulah riwayat Said dari Umar bin Al-Khathab,ui|[, tiaat diterima,
siapa lagi yang dapat diterima?"

Dari Malik, dia berkata, "sesungguhnya Al-Qasim bin Muhammad pernah ditanya seseorang tentang suatu permasalahan, Ialu dia berkata, 

"Apakah Anda telah bertanya kepada seseorang selain aku?" Orang itu menjawab, "Ya, sudah, aku bertanya kepada Urwah dan Said bin AlMusayyib." Lalu dia berkata, "Ikutilah pendapat Said bin Al-Musayyib karena dialah guru dan pembesar kami."

Malik berkata, "Said bin Al-Musayyib pernah ditanya tentang riwayat Umar bin Al-Khathab, karena dia adalah orang yang sering menyimak keputusan-kepuhrsan umar bin Al-Khathab. mempelajarinya. Jika Ibnu Umar datang kepadanya tentu akan bertanya tentang keputusan-keputusan bapaknya Umar bin Al-Khathab."
 
Dari Abu Ali bin Husain, dia berkata, "Said bin Al-Musayyib adalah orang yang paling luas wawasan kelimuannya tentang hadits-hadits dan perkataan para sahabat disamping dia juga orang yang paling mumpuni pendapatnya."

Dari Abdurrahman bin Abi Zinad dari ayahnya, dia berkata, "Ada tujuh orang di Madinah yang merupakan sandaran fatwa bagi khalayak umum, mereka adalah; said bin Al-Musayyib, Abu Bakar bin Abdirrahman bin AlHarits bin Hisya, urwah bin Az-Ztrbair, Abdullah bin Abdullah bin Utbah,
Al-Qasim bin Muhammad, Kharijah bin Zaid dan sulaiman bin Yasar.  


Ada di antara kaum cendikia yang membuatkan bait syairnya tentang mereka,

"lngatlah semua yang tidnk mengikttti para imam,
merekn aknn tersesat dan keluar dari kebensran.
Mintalah pendapat dnn fatwa kepada merekn; Ubaidillah, Urwah (bin
Az-Zubair ), Al-Qasim (bin Mtthnmmnd),
Said (bin Al-Musayyib), Sulaiman (bin Yasar) dan Abu Baknr (bin
Abdirrahman) serta Kharijnh (bin Zaid)."

Bersambung

Posting Komentar